Tidak ada yang lebih penting dalam pergaulan umat manusia di dunia ini selain komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran, gagasan atau ide, atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Kita berkewajiban untuk mengupayakan segala cara untuk menggunakan semua alat yang ada agar penyuluhan menjadi efektif. media penyuluhan ini adalah salahsatu media visual yang memaparkan penyuluhan pada komoditi bidang pertanian, perikanan dan kehutanan.

Daging Sapi Jelang Natal dan Tahun Baru Surplus, Tidak Ada Alasan Untuk Harga Naik Tinggi

DIOLUHTAN. Jakarta. Pemerintah RI melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian menyatakan ketersediaan daging sapi/kerbau secara nasional menjelang Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 aman. Hal ini diungkapkan oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), drh. I Ketut Diarmita yang menjelaskan bahwa ketersediaan daging sapi/kerbau secara nasional tercukupi, bahkan surplus sebanyak 19.261 ton. “Dengan ketersediaan daging sapi yang cukup, seharusnya harga daging sapi stabil dan tidak ada alasan untuk harga naik”, kata I Ketut Diarmita.
Skema Perkiraan Kebutuhan Daging (Dijen PKH Kementan RI)

Lanjut, I Ketut, berdasarkan prognosa kebutuhan daging sapi bulan Desember 2017 (Natal 2017) dan Tahun Baru 2018 sebanyak 50.479 ton, sedangkan ketersediaannya sebanyak 69.740 ton. Ketersediaan daging tersebut berasal dari sapi lokal siap potong sebanyak 29.602 ton (setara 173.987 ekor), sapi siap potong ex-impor sebanyak 11.003 ton (setara 55.293 ekor), stok daging sapi di gudang importir sebanyak 11.200 ton (data per 8 Desember 2017) dan stok daging kerbau di Bulog 17.935 ton (data per 8 Desember 2017). “Dalam menghadapi hari besar keagamaan, yang biasa kita antisipasi adalah kenaikan harga di tingkat pedagang dan pengecer. Untuk itu Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Satgas Pangan melakukan pengawasan distribusi untuk mengantisipasi penimbunan bahan kebutuhan pokok, termasuk daging sapi”, jelasnya.
Kementrian Pertanian telah melakukan koordinasi dengan Satgas Pangan untuk antisipasi kelancaran distribusi khususnya ke-8 (delapan) provinsi yang merayakan Natal, yaitu: Papua, Papua Barat, Maluku, Sulut, Sumut, NTT, Kalbar dan 2 (dua) provinsi terdampak erupsi Gunung Agung (Bali dan NTB). “Untuk mengantisipasi gejolak harga di lapangan, Ditjen PKH melalui Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) juga melakukan pemantauan harga di tingkat produsen dan pengecer berkoordinasi dengan Kemendag” paparnya
I Ketut menyebutkan, daging yang beredar di masyarakat saat ini ada 2 (dua) macam, yaitu daging segar dan daging beku. Harganya variatif tergantung dari jenis dan potongan daging yang berkisar antara Rp. 65.000 s/d Rp.120.000. “Preferensi konsumen terhadap daging saat ini masih ke daging segar (hot carcass). Sebagian besar masyarakat Indonesia lebih menyukai daging ini karena berasal dari sapi lokal”, ungkapnya.
Pemerintah saat ini juga terus melakukan upaya untuk meningkatkan nilai tambah dari pemotongan sapi dengan melakukan perbaikan sistem pemotongan di RPH dan melakukan grading daging berdasarkan jenis potongan-potongan sesuai standard.
Sementara itu, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Fini Murfiani mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) harga daging sapi segar (lokal) sepanjang tahun 2017 stabil di harga kisaran Rp. 110 ribu–Rp. 120 ribu per kg. Menurutnya, berdasarkan informasi perkembangan harga yang ia himpun dari Petugas PIP di daerah sentra produsen disebutkan bahwa harga sapi hidup pada Minggu ke II Desember dibandingkan dengan minggu I Desember 2017 relatif stabil Rp.44.500,- per berat hidup.

BACA PULA : Jelang Natal dan Tahun Baru, Ketersediaan Daging Sapi dijamin Aman

Lebih lanjut, Fini Murfiani menyebutkan, daging sapi yang diperdagangkan memiliki klasifikasi berdasarkan potongan daging yang dibedakan dari tingkatan mutu dan harganya. Berdasarkan pantauan Petugas PIP di beberapa meat shop dan pasar tradisional di Jabodetabek pada Minggu ke-2 Desember 2017, daging has harga terendah Rp. 114.000 dan tertinggi Rp. 120.000 per kg. Daging paha belakang harga terendah Rp. 90.000 dan tertinggi Rp. 110.000 per kg. Daging paha depan harga terendah Rp. 87.000 dan tertinggi Rp. 108.000 per kg. Sementara itu harga tetelan (CL) terendah Rp. 70.000 dan tertinggi Rp. 78.000 per kg. “Harga daging sapi segar untuk jenis paha belakang di tingkat eceran juga masih stabil di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur berkisar Rp. 119.000-Rp 120.000 per kg, sedangkan di DKI Jakarta harga daging jenis paha belakang masih stabil Rp. 119.500 per kg”, ungkap Fini Murfiani.
Lebih lanjut disampaikannya, harga daging has luar di beberapa Pasar di DKI Jakarta masih cukup stabil pada seminggu terakhir tanggal 11-18 Desember 2017 dengan harga terendah Rp. 110.000 per kg di Pasar Cengkareng dan tertinggi Rp. 130.000 per kg di Pasar Jatinegara. Sedangkan di Pasar Senen harga juga masih cenderung stabil dengan harga Rp. 110.000 per kg. “Rata-rata harga daging sapi per tanggal 18 Desember 2017 di daerah sentra konsumen di Indonesia masih stabil Rp.120.000 per kg, di DKI Jakarta stabil Rp. 119.500 per kg, Sedangkan untuk harga daging beku telah ditetapkan oleh Kemendag dengan harga acuan penjualan di konsumen yaitu 80 ribu”, tambahnya.
Fini Murfiani juga menyampaikan, berdasarkan laporan dari Petugas PIP Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta yang diterima siang hari ini tanggal 18 Desember 2017 bahwa harga daging sapi khususnya daging has luar di DKI Jakarta masih relatif stabil. “Hasil pemantauan PIP di Pasar Minggu, Pasar Senen dan Pasar Kramat Jati diperoleh informasi bahwa harga daging sapi lokal masih sekitar 115.000/kg, harga tersebut masih sama dengan harga pada bulan November 2017. Harga ini masih normal dibandingkan dengan harga tahun lalu pada bulan November dan pertengahan Desember 2016”, tandasnya.
Untuk ketersediaan daging sapi di DKI, Juned Rusmargono, Senior Manager PD Dharmajaya menyampaikan, kebutuhan menjelang natal dan tahun baru masih sangat aman dan terkendali. “Kenaikan kebutuhan di bulan Desember 2017 untuk Natal dan tahun baru tidak terlalu signifikan, yaitu dibawah 6%”, ungkap Juned.
Menurut Juned, jika kebutuhan rata-rata DKI 650 ekor per hari, maka kebutuhan sepanjang bulan Desember 2017 sebanyak 20.670 ekor. Lebih lanjut dijelaskannya, untuk memenuhi kebutuhan bulan Desember 2017, ketersediaan (stock) di RPH cakung saja sekitar 33.416 ekor, dengan pemasukan sebanyak 1.872 ekor dan pemotongan 1.810 ekor. “Secara umum untuk data pemotongan di RPH DKI Jakarta (Cakung, Pulo Gadung, Semanan dan Cilangkap) diprediksi kebutuhan bulan Desember sampai dengan minggu ke 3 tahun 2017 adalah sebanyak 5.657 ekor, sedangkan minggu ke 4 dan 5 sebesar 5.891 ekor”, kata Juned.
Juned lanjut mengungkapkan bahwa ketersediaan daging sapi DKI Jakarta dijamin cukup, apalagi ditambah dengan daging sapi dan daging kerbau impor yang sebagian besar dipasarkan di Jakarta, “Daging sapi yang berasal dari jenis rumpun sapi Bali asal NTT untuk jenis daging Has harga tertinggi Rp. 135.000 dan terendah Rp. 120.000 per kg. Sementara daging jenis paha belakang harga tertinggi Rp. 99.500 dan terendah Rp. 98.000 per kg. Untuk jenis daging tetelan harga tertinggi Rp. 80.000 per kg dan terendah Rp. 70.000 per kg.” paparnya.
Editor : Y.A.Yahya
Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment